Hormon testosteron pemicu revolusi perawatan burung kicauan
Sekitar dua tahun lalu, Om Kicau pernah menulis artikel “Peran testosteron dalam proses belajar menyanyi pada burung“. Inti artikel tersebut adalah, pertama, burung dengan kegacoran minim bisa dikembalikan kegacorannya dengan pemberian testosteron dan, kedua, testosteron sangat diperlukan untuk membuat burung menyuarakan lagu secara maksimal.
Penelitian lebih lanjut tentang peran testosteron terhadap performa kicauan burung dilakukan tim peneliti dan Max Planck Institute for Ornithology yang bermarkas di Seewiesen, Jerman. Dan hasil penelitian tersebut menghasilkan fakta yang lebih ekstrem:
1. Burung betina yang diinjeksi dengan hormon testosteron hanya dalam waktu sepekan bisa berkicau seperti burung jantan-dominan saat berkicau dengan nyanyian tunggal.
2. Sebulan setelah injeksi testosteron, kualitas suara burung betina sudah sama seperti jantan-dominan.
3. Burung jantan-subordinat (definisi mudahnya adalah burung jantan yang bisanya sekadar ngriwik, tidak pernah gacor karena mental tertekan burung lain atau lingkungan yang tidak ramah atau asupan pakan yang tidak bagus) bisa menampilkan performa bagai burung dominan setelah diinjeksi dengan hormon testosteron.
Apa itu nyanyian tunggal dan/atau burung jantan-subordinat? Ikuti ilustrasi dalam paparan berikut ini.
Burung jantan dominan, jantan-subordinat dan nyanyian tunggal
Sebagian besar burung pengicau memiliki kesamaan di mana hanya burung jantan yang bisa menghasilkan ocehan merdu. Burung betina tetap bisa berkicau, tetapi hanya ngeriwik, sehingga jarang disertakan dalam lomba dan lebih difungsikan sebagai indukan saja.
Ada perkecualian pada sebagian kecil spesies burung pengicau, di mana betina pun bisa berkicau sama merdunya dengan pejantan. Misalnya lovebird, kapas tembak, cucakrowo, dan cucak jenggot yang juga sering diikutkan dalam lomba burung berkicau di Indonesia.
Di habitat aslinya, burung pengicau jantan memiliki status sosial tersendiri. Mereka hidup berkelompok dengan jumlah anggota 2-10 ekor. Setiap kelompok memiliki seekor pemimpin, yang disebut sebagai jantan-dominan (cek artikel tentang istilah burung murai batu bicok pada artikel “Jejak rekam pemikatan murai batu: Sulitnya menangkap bicok…“. Burung jantan yang bukan pemimpin disebut jantan-subordinat. Jadi setiap kelompok terdiri atas seekor jantan-dominan, serta beberapa jantan-subordinat dan betina.
Jantan-dominan punya kicauan paling merdu dan panjang, yang tidak dimiliki anggota kelompoknya, baik jantan-subordinat maupun betina. Jenis kicauan yang dimiliki jantan-dominan ini sering disebut sebagai “nyanyian tunggal”. Jantan-subordinat dan betina tetap bisa bernyanyi, meski sangat standar (irama pendek-pendek) dan dinyanyikan berdua secara bersahutan, sehingga disebut “nyanyian duet”.
Ketika kita memperoleh burung jantan hasil tangkapan, ada kalanya burung ini sudah memiliki kicauan oke. Bisa jadi, di habitatnya, burung tersebut merupakan jantan-dominan. Terkadang kita memperoleh burung jantan hasil tangkapan yang suaranya belum jadi. Bisa jadi pula, burung tersebut hanya menjadi jantan-subordinat di habitatnya, atau setidaknya masih bakalan.
Di habitat asli, selama masih berada dalam kelompok yang sama, burung jantan-subordinat tidak akan pernah menjadi jantan-dominan, kecuali jika sang pemimpin mati. Berbeda dari burung berkicau yang dipelihara manusia. Karena sudah tidak hidup berkelompok, maka tak ada lagi status sosial seperti jantan-dominan dan subordinat. Semuanya boleh berkicau.
Bahkan ketika berada di lingkungan di mana banyak burung jantan sejenis, misalnya di arena lomba, mereka seperti berebut ingin jadi pemimpin alias jantan-dominan. Burung yang terlatih dan bermental paling kuat itulah yang akan berjaya di arena lomba, seolah-olah tampil sebagai jantan-dominan.
Objek Penelitian
Nah, fenomena burung jantan-dominan inilah yang mendorong Max Planck Institute for Ornithology yang bermarkas di Seewiesen, Jerman untuk melakukan penelitian. Mereka mengirim dua penelitinya, Cornelia Voigt dan Stefan Leitner, untuk menjalankan studi di wilayah baratdaya Zimbabwe, Afrika, yang menjadi habitat burung pipit beralis putih (Plocepasser mahali) atau di mancanegara disebut white-browed sparrow-weaver.
Selain di Zimbabwe, burung ini juga banyak dijumpai di hutan-hutan Afrika Timur. Mereka hidup secara berkelompok, di mana hanya ada seekor jantan-dominan dalam kelompok tersebut. Jantan-dominan berkicau dengan nyanyian tunggalnya yang panjang dan kompleks.
Menurut Voigt dan Leitner, sebagaimana dipublikasikan dalam Max-Planck-Gesellschaft dan dikutip Sourcecodex, nyanyian tunggal burung jantan-dominan ternyata berkaitan dengan peningkatan kadar testosteron.
Pada daerah beriklim sedang, nyanyian tunggal biasanya hanya muncul saat fajar selama musim kawin. Hal ini terjadi akibat kenaikan kadar hormon testosteron pada burung jantan di musim semi, yang akan meningkatkan aktivitas berkicaunya selama musim kawin.Lain halnya dengan daerah tropis, di mana burung bisa bernyanyi sepanjang tahun.
Menyadari hormon testosteron sangat berperan terhadap kicauan burung, serta tidak adanya hubungan antara perilaku berkicau dan musim kawin di daerah tropis, membuat Voigh dan Leitner melakukan treatment yang mengejutkan. Keduanya menyuntikkan testosteron ke tubuh pipit beralis betina, dan lihatlah apa yang terjadi.
Eksperimen ini dilakukannya di dalam sangkar terhadap beberapa burung betina. Hasilnya, hanya dalam satu minggu burung betina ini sudah mulai bisa bernyanyi seperti jantan-dominan saat berkicau dengan nyanyian tunggal. Bahkan, sebulan setelah injeksi testosteron, kualitas suaranya sudah sama seperti jantan-dominan.“Melalui studi ini, kami bisa menunjukkan bahwa nyanyian tunggal yang merdu, panjang, dan kompleks seperti dimiliki jantan-dominan, ternyata dapat diaktifkan melalui hormon testosteron pada burung betina. Lebih dari itu, betina juga mau menerima hormon testosteron”, kata Cornelia Voigt.
Ketika jantan-subordinat menerima perlakuan yang sama, kualitas suaranya pun menjadi sama seperti yang dimiliki jantan-dominan. Artinya, terjadi peningkatan kualitas suara pada betina dan jantan-subordinat ketika memperoleh terapi testosteron.
Penerapan di Indonesia
Apa yang bisa dipetik dari hasil penelitian Cornelia Voigt dan Stefan Leitner? Bagaimana penerapannya untuk kicaumania di Indonesia. Secara teoritis dan empiris, burung berkicau betina yang selama ini tak pernah ikut lomba, misalnya kacer, anis merah, anis kembang, cendet, dan sebagainya, bisa direkayasa menjadi burung lomba.
Caranya dengan menyuntikkan hormon testosteron ke tubuh betina tersebut, sebagaimana dilakukan Voigh dan Leitner. Selain model injeksi, bisa juga menggunakan asupan khusus seperti suplemen yang mengandung hormon testosteron.
Dan yang lebih jelas lagi adalah burung jantan yang tidak pernah mau gacor, hanya ngriwik melulu yang kemungkinan disebabkan oleh asupan pakan dengan gizi tidak seimbang atau yang memang kurang asupan vitamin maupun mineralnya, bisa distimulasi agar gacor dan berperforma kicauan sebagaimana jantan dominan. Penerapan yang paling realistis pun adalah dengan memberikan suplemen yang mengandung hormon testosteron. Di habitat asli, performa burung jantan seperti ini bisa disamakan dengan jantan-subordinat.
Ketika jantan-subordinat atau burung jantan kurang gacor diberi asupan yang mengandung hormon testosteron, performa suaranya dipastikan meningkat tajam dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Dasar Ilmiah
Sebagaimana ditulis Om Kicau dalam artikel “Peran testosteron dalam proses belajar menyanyi pada burung“, burung jantan umumnya dianggap sebagai karakteristik seksual sekunder yang khas, dan berada di bawah kendali hormon steroid dari gonad. Hal ini terkait dengan pertumbuhan dan regresi testis.
Nyanyian burung jantan bertambah dan
berkurang sesuai dengan fluktuasi testosteron di dalam darah. Ada
reseptor testosteron di dalam syrinx (salah satu organ yang berfungsi
sebagai penopang utama bagi bangsa burung untuk berkicau).
Seperti terlihat pada grafik di atas, pada bulan Mei terjadi
peningkatan kadar testosteron pada burung sparrow jantan saat memasuki
musim kawin dan menurun hingga kadar terendah pada bulan September.Pertanyaan berikut, apa sebenarnya fungsi testosteron pada burung?
Sebelum menjelaskan fungsi testosteron ada perlunya kita tegaskan bahwa testosteron adalah salah satu dari hormon steroid, di samping hormon estrogen dan hormon progestrogen. Hormon steroid, khususnya testosteron, inilah yang mempunyai fungsi dan berperan pada:
1. Dorongan Seksual: Testosteron adalah hormon androgen utama pada organisme burung jantan dan bertanggung jawab terhadap dorongan seksual.
2. Perkembangan Fisik: Testosteron bertanggung jawab untuk perkembangan fisik burung, memengaruhi pertumbuhan otot dan tulang, perkembangan penis dan testis, serta produksi sperma.
3. Suara: Testosteron bertanggung jawab untuk memperdalam suara burung jantan selama masa pubertas. Selama masa transisi ini, terkadang suara jantan menjadi “crack” atau secara tidak sengaja melompat antara pitch yang lebih tinggi dengan yang lebih rendah.
4. Energi: Testosteron merupakan salah satu dari banyak faktor yang berperan dalam menjaga tingkat energi. Terkadang rendahnya kadar testosteron berpengaruh terhadap penurunan tingkat energi.
5. Suasana Hati: Testosteron juga dapat membantu menjaga keseimbangan suasana hati burung jantan. Kadar testosteron rendah yang kronis atau testosteron yang berlebih dapat menyebabkan perubahan suasana hati dan ketidakstabilan emosi.
Gambar di atas adalah skema representasi aksi testosteron dalam otak yang mungkin terlibat dalam pola kontrol kicauan burung.
Bagaimana testosteron diproduksi oleh tubuh?
Produksi testosteron dimulai di kelenjar hipotalamus yang terletak di daerah otak. Karena rangsangan tertentu seperti gairah seksual, tubuh akan mengaktifkan hipotalamus untuk mengeluarkan suatu zat yang disebut gonadotropin-releasing hormone (GnRH).
Setelah GnRH dirilis ke dalam aliran darah, pembuluh darah membawa hormon tersebut ke kelenjar pituitari. Di kelenjar pituitari, GnRH mengaktifkan kemampuan kelenjar pituitari untuk menghasilkan gonadotropin yang disebut follicle-stimulating hormone dan luteinizing hormone dan memasukkannya ke dalam aliran darah.
Setelah dalam aliran darah, follicle-stimulating hormone dan luteinizing hormone melakukan perjalanan baik ke testis jantan, atau indung telur betina. Dalam testis, hormon tersebut mengaktifkan sel-sel testis yang disebut sel Leydig untuk mensintesis kolesterol sebagai bahan dasar pembentuk hormon testosteron. Testosteron kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah untuk melakukan tugas yang telah ditetapkan oleh hipotalamus.
Pada organisme betina, sejumlah kecil testosteron diproduksi oleh ovarium. Dalam proses ini, follicle-stimulating hormone dan luteinizing hormone mengaktifkan sel-sel thecal ovarium. Sel-sel ini juga mampu mensintesis kolesterol dari tubuh menjadi testosteron.
Sejumlah kecil testosteron juga diproduksi dalam kelenjar adrenal. Hal ini dapat terjadi baik pada jantan dan betina. Proses ini dilakukan dengan mengaktifkan sel-sel zona reticularis kelenjar adrenal untuk mensintesis kolesterol menjadi testosteron.
Jenis makanan dan vitamin pendorong produksi testosteron
Jenis makanan/asupan yang mendorong pembentukan testosteron di dalam tubuh antara lain adalah makanan yang mengandung mineral Zinc dan vitamin A, E, B esensial, B5, B6, B12, serta sayuran yang mengandung banyak senyawa androsterone.
Namun demikian pemberian mineral dan vitamin perlu didasari pengetahuan yang memadai terhadap mekanisme penyerapan Zinc dalam tubuh. Pemberian Zinc bersamaan dengan Kalsium misalnya, jangan pernah dilakukan karena Kalsium, juga besi (Fe), mengurangi daya serap tubuh terhadap Zinc.
Di mana testosteron untuk burung dijual dan dalam bentuk apa?
Nah, ini tentunya adalah pertanyaan mendasar yang akan disampaikan para kicaumania. Tetapi sebenarnya, produk ini sudah lama tertera dalam daftar produk Om Kicau dengan merk Testo-Bird. Lantas mengapa selama ini tidak dibranding sebagai “perangsang kicauan” dan hanya disebutkan sebagai “suplemen untuk penjodohan burung jantan“?
Om Kicau mengakui membatasi penjualan TestoBird hanya untuk penjodohan dan selalu menyarankan agar distop penggunaannya setelah burung berjodoh. Jika tidak ada anjuran demikian, Om Kicau mengaku khawatir TestoBird akan digunakan secara terus-menerus dan hal itu akan berdampak buruk pada jangka panjang.
Atau kalau digunakan untuk memacu burung agar berkicau, perlu dibatasi penggunaannya. Begitu burung sudah gacor dan mapan, perlu segera dihentikan. Baru diberikan lagi jika burung mengalami tekanan mental akibat dicampur dengan burung lain yang lebih dominan, atau kekurangan asupan gizi seimbang dan drop fisik misalnya.
Mengapa pemberian testosteron secara terus-menerus berbahaya?
Untuk diketahui saja bahwa pemberian testosteron kepada burung secara terus-menerus akan menyebabkan menurunnya produksi testosteron alami dalam tubuh burung sehingga alat penghasil testosteron (testis) pun mengecil seiring dengan rendahnya aktivitas testis dalam menghasilkan testosteron alami tersebut.
Saran Om Kicau
Anda tentu boleh dan bisa saja menggunakan TestoBird untuk keperluan jangka pendek misalnya mengatasi burung drop, burung yang tidak pernah gacor, atau burung yang selalu berada di bawah level rata-rata penampilan burung dan sejenisnya. Hanya saja dalam kaitan dengan pola perawatan burung yang baik dan benar untuk keperluan jangka panjang, Om Kicau menyarankan pemberian asupan makanan yang tepat agar burung mampu memproduksi testosteron secara alami di dalam tubuh burung itu sendiri.
Kalau Anda ragu dan tidak yakin asupan/makanan seperti apa yang bisa berfungsi sebagai pendorong produksi testosteron yang melimpah atau minimal berkecukupan pada burung, Anda hanya perlu menunggu launching produk Om Kicau terbaru yang akan dilabel dengan nama Testo-Bird Booster (TBB).
Apa kandungan dalam TBB?
Testo-Bird Booster terdiri dari mineral, vitamin dan hormon perangsang produksi testosteron, sebagaimana sudah dijelaskan pada paparan artikel ini, dimulai dari fungsi, cara kerja dan proses pembentukan testosteron.
Demikian sobat, serba panjang lebar tentang hormon testosteron, yang diakui atau tidak, akan menjadi tonggak fenomenal dalam perawatan dan treatment burung kicauan. Bahkan pemberian testosteron kepada burung tersebut bisa disebut sebagai sebuah “revolusi” dalam pola perawatan burung karena pemberian testosteron umumnya memberikan dampak yang cepat dan signifikan.
Hasil teknologi adalah selalu baik, sepanjang kita bisa memanfaatkannya secara positif dan selalu bertindak bijak.
==========UPDATE DARI OM KICAU============
Ada pertanyaan dari pembaca artikel ini yang saya anggap bagus untuk
dimasukkan sebagai referensi di sini. Pertanyaannya adalah apakah hormon
yang digunakan pada burung sama dengan hormon steroid pada manusia.
Secara ringkas bisa dijawab “tidak”. Sebab, hormon steroid yang banyak
dipasarkan untuk konsumsi manusia sangat kuat efek anaboliknya.Berikut ini adalah beberapa jenis steroid yang biasa digunakan untuk manusia:
1. DIANABOL (methandrostenolone/methandienone)
Banyak dipakai oleh binaragawan. Mereka rata-rata ingin cepat besar dalam waktu singkat (instant). Sangat terkenal di kalangan pemakai steroids. Efek yang dihasilkan adalah “power” kala latihan walau tidak sebesar anadrol. Harganya sangat murah sehingga banyak pemakainya dan kerap dibagi-bagikan secara gratis antar sesama teman.
2. ANADROL (oxymetholone)
Banyak dipakai untuk periode bulking dan mendapatkan power pada saat latihan. Inilah jenis steroid terkuat yang pernah diciptakan manusia. Kenaikkan berat badan 4,5 Kg dalam 2 minggu adalah hal biasa, di mana sesuatu yang mustahil bila dilakukan secara manual. Hanya cocok digunakan untuk mereka yang berhubungan dengan angkat beban saja, sedangkan atlet endurance seperti sprinter, balap sepeda dan lainnya jarang memakai anadrol.
3. CLENBUTEROL
Banyak dipakai saat periode cutting. Efek yang paling dicari dari obat ini adalah thermogenic (naiknya suhu tubuh akibat membakar kalori lebih banyak dari biasanya termasuk pembakaran lemak). Dipakai oleh banyak atlet, biasa mereka pakai untuk memperjelas definisi otot dan meningkatkan kemampuan aerobic.
4. DECA (nandrolone)
Umumnya pemakai steroid jenis ini menggunakan pada segala kondisi. Mampu merangsang androgen 3-4 kali lebih kuat dibandingkan testoterone dan 2,4 kali lebih anabolik dibandingkan testoterone. Punya efek pelumas persendian yang membuat latihan lebih “pain free” sehingga mampu berlatih berjam-jam Biasa dipakai bagi mereka yang badannya sudah terlanjur kebal karena keseringan memakai steroids.
5. CYTOMEL (T3/liothyronine sodium)
Steroid jenis cutting ini mampu menaikkan metabolisme, otomatis kalori yang terbakar lebih banyak dari biasanya termasuk pembakaran lemak. Jika terlalu sering memakainya bisa mengakibatkan ketergantungan seumur hidup seperti yang dialami body bulider internasional Frank Zane.
6. ANAVAR (oxandrolone)
Bisa dipakai untuk segala keperluan. Dibandingkan dengan steroid lainnya anavar tergolong paling aman. Tidak menyebabkan aromatisasi dan bisa menyembuhkan luka. Mampu menurunkan nafsu makan (cocok buat diet), pemakaian tidak terbatas pada kalangan angkat beban saja tapi semua cabang olah raga. Mereka yang memakai umumnya dapat “power” kala latihan tanpa harus menaikkan berat badan.
Walaupun steroid bisa membentuk tubuh yang “cepat gede” dalam waktu singkat, namun lambat laun tubuh mulai memproduksi lebih sedikit testosteron alami yang dapat mengakibatkan testis mulai menyusut, akan berpotensi pada impotensi dan mengurangi jumlah sperma. depresi, peningkatan resiko kanker hati, peningkatan tekanan darah dan kolesterol, kram perut, mimisan, ketidakpekaan terhadap insulin, diare, mual, muntah, sembelit, pembesaran prostat sehingga menimbulkan gangguan dalam berkemih (resiko kanker prostat), dan juga dari sisi dermatologi dapat meningkatan produksi sebum kulit yang menimbulkan jerawat secara luas dan menimbulkan kebotakan pada pria.
Salam sukses kicaumania Indonesia. (Dudung Abdul Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar